Seminar Internasional: Moderasi Beragama untuk Perdamaian dan Keharmonisan Global di Era Transformasi Digital

#
Artikel

Seminar Internasional: Moderasi Beragama untuk Perdamaian dan Keharmonisan Global di Era Transformasi Digital

Semarang - Pada Kamis, 23 Januari 2025, telah sukses diselenggarakan seminar bertajuk “Moderasi Beragama untuk Perdamaian dan Keharmonisan Global di Era Transformasi Digital” melalui platform Zoom Meeting. Acara ini menghadirkan berbagai narasumber dari berbagai institusi akademik dan keagamaan yang membahas peran agama dalam membangun harmoni sosial di era digital.

Acara ini dibuka dengan sambutan oleh Dr. Dedi Andrianto, M.Pd. (STIT Bustanul 'Ulum Lampung Tengah) sebagai Keynote Speaker yang menekankan pentingnya moderasi beragama dalam menghadapi tantangan globalisasi dan digitalisasi. Menurutnya, perkembangan teknologi informasi dapat menjadi sarana mempererat persaudaraan antarumat beragama jika digunakan dengan bijak dan berlandaskan nilai-nilai toleransi.

Dipandu oleh Moderator Martina Rosmaulina Marbun, S.Pd., M.Hum (STP DIAN MANDALA) dan dibawakan oleh MC Fa’iqah Salsabil Qadiriyyah, S.Ds, seminar ini menghadirkan lima narasumber dengan topik yang menggali berbagai perspektif tentang moderasi beragama.

Dr. Obden menekankan bagaimana pendekatan pastoral dalam kehidupan gereja dapat menjadi alat untuk memperkuat moderasi beragama di tengah masyarakat yang beragam. Dalam pemaparannya, ia menjelaskan bahwa gereja bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga wadah edukasi untuk menanamkan nilai-nilai kebersamaan dan penghormatan terhadap keberagaman. Beliau juga menyoroti peran pemimpin gereja dalam memberikan pemahaman yang lebih luas kepada jemaat tentang pentingnya membangun hubungan yang harmonis dengan umat beragama lain.

Dr. Yonathan menjelaskan bahwa moderasi beragama adalah bagian dari pelayanan Kristiani yang menekankan cinta kasih dan keadilan sosial. Ia mengutip beberapa ajaran dalam Kitab Suci yang menegaskan bahwa setiap umat beragama dipanggil untuk menjadi duta perdamaian. Ia juga menekankan peran gereja dalam menyediakan ruang dialog, advokasi sosial, dan pendampingan bagi kelompok-kelompok rentan yang sering menjadi korban intoleransi dan diskriminasi.

Sebagai satu-satunya pembicara yang membawakan perspektif Buddhisme, Andika Febrianto menguraikan konsep Majjhima Patipada (Jalan Tengah) dalam ajaran Buddha sebagai pendekatan untuk moderasi beragama. Ia menjelaskan bahwa Jalan Tengah mengajarkan keseimbangan dalam berpikir, berbicara, dan bertindak agar tidak terjebak dalam ekstremisme atau eksklusivisme agama. Dalam konteks era digital, beliau menekankan bagaimana prinsip ini dapat diterapkan dalam membangun toleransi, keharmonisan, serta dalam melawan penyebaran hoaks dan ujaran kebencian berbasis agama di dunia maya.

Seminar ini memberikan wawasan mendalam tentang pentingnya moderasi beragama dalam membangun perdamaian dunia di era transformasi digital. Para pembicara menyoroti bagaimana agama, ketika dipahami dan diamalkan dengan benar, dapat menjadi jembatan bagi keharmonisan global.

Peserta seminar yang terdiri dari akademisi, pemuka agama, mahasiswa, dan masyarakat umum sangat antusias dalam sesi tanya jawab, di mana berbagai perspektif tentang tantangan dan strategi moderasi beragama dibahas secara interaktif.

Dengan berakhirnya seminar ini, diharapkan moderasi beragama menjadi nilai utama yang terus diperjuangkan di tengah keberagaman masyarakat, baik di ranah fisik maupun digital, demi menciptakan dunia yang lebih damai dan harmonis.

ADMNILAM - 2025-01-23 14:14:27