Semarang - Pada hari Rabu, 30 September 2024, telah dilaksanakan Seminar Nasional dengan tema “Pentingnya Edukasi Dini untuk Mencegah Gagal Ginjal pada Generasi Muda” yang diselenggarakan bekerja sama antara Asosiasi Riset Ilmu Kesehatan Indonesia (ARIKESI) dan beberapa perguruan tinggi. Seminar ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang pentingnya pencegahan dini terhadap gagal ginjal, terutama pada kalangan generasi muda yang terpapar gaya hidup modern.
Acara ini diadakan secara daring melalui platform ZOOM dari pukul 14.00 hingga 16.00 WIB. Seminar ini mengundang berbagai ahli kesehatan untuk berbagi pengetahuan mereka mengenai gagal ginjal, epidemiologi penyakit ginjal, serta faktor risiko yang berhubungan dengan gaya hidup anak muda masa kini.
Acara dimulai dengan sambutan dari Windadari Murni Hartini, SKM., MPH, selaku pembuka acara dan perwakilan dari Poltekkes Bhakti Setya Indonesia. Dalam pidato pembukaannya, Windadari menekankan pentingnya peran pendidikan kesehatan sejak dini dalam mencegah masalah kesehatan yang serius seperti gagal ginjal. Ia juga menghimbau kepada seluruh anggota ARIKESI dan peserta seminar untuk turut serta menyebarkan informasi tentang pencegahan penyakit ginjal melalui gaya hidup sehat. “Kesadaran sejak dini adalah kunci untuk mencegah tingginya prevalensi gagal ginjal di masa depan,” ujar Windadari.
Sebagai keynote speaker, Basuki Rachmad dari STIKes Kasosi Jakarta menyampaikan materi tentang pentingnya peran perguruan tinggi dalam meningkatkan literasi kesehatan masyarakat. Ia menjelaskan bahwa institusi pendidikan kesehatan memiliki tanggung jawab besar untuk mengedukasi masyarakat, terutama generasi muda, tentang risiko penyakit ginjal dan langkah-langkah pencegahannya. “Perguruan tinggi memiliki peran strategis dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang sadar akan kesehatan, baik melalui kurikulum maupun kegiatan-kegiatan sosial,” tegas Basuki.
Pembicara pertama, Meri, M. Imun, dari Universitas Bakti Tunas Husada, memaparkan peran sistem imun dalam menjaga kesehatan ginjal serta pentingnya pemeriksaan laboratorium dalam mendeteksi dini masalah ginjal. Menurut Meri, fungsi imun yang terganggu dapat memicu berbagai komplikasi kesehatan, termasuk gagal ginjal. Ia juga menjelaskan bagaimana pemeriksaan laboratorium rutin dapat membantu mengidentifikasi risiko gagal ginjal sejak dini, sehingga pencegahan dan pengobatan dapat segera dilakukan. “Sistem imun yang kuat adalah benteng pertama melawan infeksi yang dapat merusak ginjal,” katanya.
Dr. Abdul Ghofur, SKM., M.Kes (Epid), dosen di Akademi Analis Kesehatan Pekalongan, sebagai pembicara kedua, membahas epidemiologi penyakit ginjal di Indonesia. Dalam presentasinya, Abdul Ghofur menyoroti peningkatan prevalensi gagal ginjal kronis pada masyarakat, terutama di kalangan usia muda yang disebabkan oleh gaya hidup tidak sehat seperti konsumsi makanan tinggi garam dan gula, kurang olahraga, serta kurangnya kesadaran terhadap kesehatan ginjal. “Melalui pendekatan epidemiologi, kita bisa memahami pola penyebaran penyakit ginjal dan melakukan intervensi yang lebih tepat sasaran,” ujarnya.
Pembicara ketiga, Friska Sinaga, S.Kep., Ners., MNS dari Universitas Santo Borromeus, mengangkat topik unik mengenai pengaruh gaya hidup digital pada kesehatan ginjal, khususnya di era gaming. Friska menjelaskan bahwa durasi screen time yang panjang, dikombinasikan dengan kebiasaan mengonsumsi minuman energi, dapat memicu kerusakan ginjal pada usia muda. Ia menekankan pentingnya edukasi kepada anak-anak dan remaja tentang cara mengelola waktu bermain game serta memilih minuman yang sehat. “Ginjal kita bukan mesin yang bisa bekerja terus-menerus tanpa istirahat; menjaga pola hidup yang sehat sangat penting, terutama di tengah tren gaming yang sedang booming,” tegas Friska.
Fida' Husain, S.Kep., Ns., M.Kep dari Universitas 'Aisyiyah Surakarta, sebagai pembicara keempat, membahas korelasi antara gaya hidup modern dan fungsi ginjal. Menurut Fida’, konsumsi makanan cepat saji, minuman bersoda, dan kurangnya aktivitas fisik yang marak di kalangan generasi muda saat ini berisiko merusak kesehatan ginjal dalam jangka panjang. Ia menekankan pentingnya perubahan gaya hidup yang lebih sehat, seperti menjaga asupan makanan bergizi dan meningkatkan aktivitas fisik, sebagai upaya mencegah gagal ginjal di masa depan. “Pencegahan gagal ginjal dimulai dari kebiasaan sehari-hari. Mengubah pola hidup sejak dini akan membantu menjaga fungsi ginjal tetap optimal hingga tua,” kata Fida'.
Acara ini dipandu oleh Dr. A'im Matun Nadhiroh, S.Si.T., M.P.H dari Universitas Muhammadiyah Surabaya, yang bertindak sebagai moderator dan juga pembawa acara. Dengan kepiawaiannya, A'im berhasil mengarahkan diskusi berjalan dengan interaktif, memfasilitasi sesi tanya jawab yang memperkaya pengetahuan peserta seminar.
Seminar ini ditutup dengan diskusi interaktif dan sesi tanya jawab antara peserta dan para narasumber. Peserta seminar menyambut baik pembahasan yang disajikan, mengingat semakin pentingnya edukasi dini mengenai kesehatan ginjal di kalangan generasi muda. Para peserta diharapkan membawa wawasan yang lebih dalam tentang pencegahan gagal ginjal melalui perubahan gaya hidup sehat serta pentingnya pemeriksaan kesehatan rutin.
Melalui seminar ini, ARIKESI dan perguruan tinggi yang berpartisipasi berkomitmen untuk terus berkontribusi dalam penyebaran informasi kesehatan dan peningkatan literasi kesehatan di masyarakat, guna mencegah penyakit kronis seperti gagal ginjal sejak dini.